Ia mengajak seluruh umat bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk merayakan Nyepi, dalam suasana rukun dan damai di Kota Kupang yang majemuk.
Menurut Fahren, ogoh-ogoh sendiri merupakan bagian dari ritual Bhuta Yadnya, dimana umat mengarak patung sebagai bentuk perenungan tentang yang telah terjadi dan sudah dilakukan selama ini.
“Ogoh-ogoh mencerminkan sifat negatif manusia yang diarak beramai-ramai dan kemudian akhirnya akan dibakar. Arak-arakan ogoh-ogoh simbol membuang sifat negatif dan menjaga keseimbangan alam dengan tidak merusak lingkungan sekitarnya yang dilakukan sebelum ritual penyucian dan penyepian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Melalui momentum perayaan Nyepi, Penjabat Wali Kota dalam sambutannya mengimbau umat ikut merawat persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.
“Keragaman suku, budaya, tradisi, agama dan kepercayaan sudah sepatutnya dihargai sebagai kekayaan bangsa yang harus dijaga bersama, sebagai bentuk eksistensi dan konsistensi keimanan dan ketakwaan Umat Hindu kepada Tuhan yang maha kuasa,” ujarnya.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya